Hujan di Sepanjang Pendakian Gunung Lawu
Monday, April 13, 2015
Add Comment
Gunung Lawu adalah salah satu gunung yng terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ngomong-ngomong Gunung Lawu ini memiliki tiga puncak, yang bernama Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo
Dumilah. Pendakian Gunung Lawu dapat
dimulai dari beberapa basecamp. Salah
duanya yang paling populer adalah Cemoro Kandang di Kab.Karanganyar Jawa Tengah,
serta Cemorosewu, Kab.Magetan, Jawa Timur. Ada satu lagi yang saya tahu adalah jalur dari Candi Cetho, namun masih kurang familier di telinga saya. Gerbang masuk antara Cemoro Sewu dan Kandang kurang lebih terpisah
kurang lebih 500m. Ya cukup dekat lah pokoknya.
Pada akhir tahun 2014 saya
berkesempatan untuk mendaki gunung lawu bersama seorang teman yaitu Andri.
Awalnya emang kita punya rasa pengen mendaki lawu sejak beberapa bulan lalu,
planning ber 6 tapi pada H-2 beberapa teman memutuskan untuk nggak ikut. Hal
ini sebenernya udah bikin males banget, tapi mau gimana lagi planning harus
tetap berjalan. Lagipula barang-barang sudah ter-packing rapi di dalam carrier.
Pada akhirnya saya berangkat tanggal 23 des dengan andri. Kita berangkat
motoran, berangkat dari magelang dan ketemuan di secang. Waktu itu kita
berangkat sebelum subuh, memacu motor melewati jalanan grabag, air terjun sekar
langit, melalui jalan yang gelap dan masih sepi banget. Di kanan gunung andong
dan kiri gunung telomoyo. Tembusnya di jalan raya kopeng, kemudian melewati
jalanan salatiga-boyolali-solo. Dan akhirnya kami istirahat di sebuah masjid di
daerah karanganyar untuk melemaskan otot yang tegang. Kami pun melanjutkan
perjalanan menuju cemoro sewu, basecamp yang akan kami jadikan tempat istirahat
sebelum kami melanjutnya perjalanan yang sebenarnya menuju hargo dalem.
Hargo
dalem adalah salah satu puncak dimana ada sebuah warung diatasnya, kalian
pernah denger warung mbok yem? Warung yang melegenda bagi pendaki yang pernah
ke lawu. Mungkin jadi warung tertinggi di jawa kali yak. Diatas 3000mdpl broh
bayangin -_-
Nah, di warung itulah kami akan bermalam. Karena memang disana sudah disediakan tempat tidur untuk para pendaki. Tanpa kasur memang, tapi bagi pendaki mah itu udah vip banget, vvip malah. Selain anget disana juga disediakan beberapa jenis makanan, seperti gorengan, mie rebus, dll. Dan yang selalu menjadi target adalah nasi pecelnya. Rasanya tuh nikmaaat banget, sambil makan tempe goreng yang irisannya tebel-tebel haha
Oke, lanjutt..
Singkat cerita kami berangkat
dari basecamp jam 10 tepat. Diawali dengan mengurus perijinan, dengan membayar
biaya administrasi 10rb/orang dan 5rb untuk parkir per motornya.
Saat itu termasuk agak sepi,
karena emang dari basecamp kita ketemu rombongan lain waktu di pos bayangan 2.
Waktu itu cuaca agak mendung, lerengnya pun tertutup kabut. Setelah berjalan
cukup lama kami istirahat di sebuah pos yang awalnya kami anggap itu pos 1, dan
kalian tau itu apa? Itu pos bayangan, udah pos bayangan pula. Pait emang, tapi
tak sepahit bayang-bayang mantan haha
Sekitar 5 menit istirahat
akhirnya kami lanjut menuju pos 1. Sebelum pos 1 ternyata masih ada pos
bayangan lagi. Nah disitulah pertama kali kami papasan dengan pendaki lain,
akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil bincang2 dengan mereka. Ngobrol
ngalor ngidul.
Beberapa waktu kemudian kami
lanjut. Dari pos tadi menuju pos 1 nggak terlalu jauh, tapi lumayan bikin cape.
Disana terdapat beberapa warung yang ternyata masih tutup.
Setelah pos 1 inilah yang
bikin males, jaraknya menuju pos 2 jauh banget men. Tapi yasudahlah jalanin
aja.
Sampai pos 2 kami istirahat
agak lama, yaa sekitar 1 jam karena hujannya deres banget. Sebetulnya kami bawa
rain coat, tapi males mau ngeluarin. Alhasil nunggu ujan agak mendingan lah.
Disinilah pertama kali kami
kenalan dengan 4 orang pendaki dari Ngawi yang bernama mas Nopik, mas Dafa, mas
Romi dan Ihsan.
Sebenernya kami udah salip-salipan sbelum pos 2.
Setelah ujan reda kami lanjut,
pos 3 agak jauh tapi nggak terlalu jauh juga sih. Disitu kami ketemu lagi dngn
mereka yang sebelumnya mereka lanjut duluan. Disini ada yang bikin saya
bertanya-tanya, di pos 3 sebelumnya ada seorang bapak dan anaknya yang udah
abg. Yang saya kagetkan adalah mereka nyumet dupa yang entah apa gunanya. Tapi
yaudah sih biarin aja, positive thinking broh.
Nah ininih
trek yang paling ngeri, pos3 ke pos4.
Ya walaupun agak deket tapi
ngeriiii treknya. Nanjak dan full batu, sampai di pos 4 pemandangan sudah mulai
kelihatan. Karena mulai pos 4 tumbuhan tidak serapat sebelumnya. Di pos 4 ini
tidak shelter seperti di pos-pos sebelumnya. Hanya dataran kecil yang mungkin
cukup untuk 1 tenda. Jarak antara pos 4 dan pos 5
bisa dibilang dekat, karena memang waktu tempuh tidak ada setengah jam.
Di pos 5 ini juga terdapat
beberapa warung yang masih kosong, maksudnya kosong adalah belum ada orang yang
jual dan juga belum ada pembeli. Kenapa tidak ada yang beli? Ya karena tidak
ada yang jual. Bingung? Sama saya juga bingung. Haha
Lanjut...
Beberapa menit dari pos 5
kami melihat sebuah warung di samping sendang drajat. Di sendang drajat ada
berupa sesaji yang berisikan kembang mawar dan lain-lain, ya karena katanya
disini memang tempat yang kramat. Warung tersebut bukan warung mbok yem lho ya,
melainkan warung mbok nah. Inget, warung mbok yem ada di puncak hargo dalem. Selain sebagai tempat kramat,
sendang drajat merupakan salah satu sumber air di Lawu. Jadi sebelum
melanjutkan perjalanan kami mengisi persediaan air dulu ke dalam botol.
Matahari
mulai tenggelam, itu berarti sudah waktunya untuk mengeluarkan headlamp. Selain
karena gelap, waktu itu juga kabut sedang turun.
Setelah sampai di warung mbok
yem kami langsung menuju pintunya, tapi bukan langsung nyelonong. Kita ketuk
dulu pintunya dan akhirnya dibukakan oleh seseorang bapak yang entah itu suami
dari mbok yem atau siapa saya juga kurang paham.
Kita istirahat dan memesan
beberapa makanan untuk mengisi tenaga, waktu itu saya memesan teh hangat, mie
rebus dan nasi pecel.
Tapi walaupun udah ada warung
diatas kita tetap harus menjalankan prosedur pendakian lho ya, yaitu membawa
logistik. Karena itu penting banget!
Setelah kenyang rasa kantuk
pun mendatangi, alhasil kami langsung tidur saja. Karena keesokan harinya kami
akan melanjutkan ke tujuan utama kami yaitu Hargo Dumilah. Titik tertinggi
gunung Lawu.
Hari berganti menjadi tanggal
24, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 4. Tanpa basa basi saya langsung
keluar saja. Pemandangan yang disajikan sangat luar biasa, matahari yang terbit
sangat membuat kami takjub. Iya, keren banget emang waktu itu. dan inilah pemandangan yang disajikan pada pagi itu
setelah menikmati sunrise kami sarapan untuk mengisi tenaga sebelum berangkat menuju Hargo Dumilah.
perut sudah terisi dan tenaga kami rasa sudah terkumpul akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju puncak tertinggi. waktu tempuhnya tidak lama kok, tidak sampai setengah jam jalan santai.
tetapi hanya jalannya yang menanjak yang terkadang membuat kami cepat lelah, entah karena di ketinggian kemudian oksigen menipis atau karena faktor lelah akibat pejalanan kemarin.
beberapa waktu kemudian kami sampai di Hargo Dumilah, Alhamdulillah sungguh lega rasanya bisa menuntaskan misi yang sudah lama ingin kami laksanakan
dan taraaaa
Setelah beberapa lama menjepret panorama dari puncak Lawu kami memutuskan untuk turun karena pada waktu itu cuaca mulai mendung dan kabut mulai naik. singkat cerita kami sampai di basecamp. Dan kita harus ingat bahwa kita harus membawa sampah kita turun, jangan kotori gunung yang indah ini tercemar dengan sampah karena gunung bukan tempat sampah!
0 Response to "Hujan di Sepanjang Pendakian Gunung Lawu"
Post a Comment