Pendakian Gunung Sumbing Via Garung Wonosobo
Saturday, April 25, 2015
Add Comment
Kata
sebagian orang mungkin mendaki gunung merupakan kegiatan yang sia-sia, tapi
mendaki gunung itu menurut saya bisa menjadi suatu pelajaran berarti dan
niscaya bahwa pelajaran itu akan merasuk secara perlahan dalam diri kita.
Ngomong-ngomong tentang mendaki gunung pada kesempatan kali ini saya akan
menceritakan sepenggal kisah perjalanan saya di Gunung Sumbing. Gunung Sumbing
adalah salah satu gunung yang berada di pinggiran kota Magelang. Gunung dengan
ketinggian 3371MDPL ini terlihat gagah dari kota Magelang. Selain itu Gunung
Sumbing adalah gunung tertinggi ketiga di pulau Jawa setelah Gunung Semeru di
Jawa Timur dan Gunung Slamet di Jawa Tengah. Gunung Sumbing ini
biasa disebut gunung kembar, kembarannya adalah gunung Sindoro yang memang
keduanya hanya dipisahkan oleh jalan raya Wonosobo-Temanggung.
Nah
kebetulan rumah saya berada di kota yang sejuk bernama Magelang, kota Magelang
dikelilingi beberapa gunung antara lain Merbabu, Merapi, Andong, Telomoyo,
Sumbing dan pegunungan Menoreh. Nah yang paling tinggi diantara gunung yang
saya sebutkan tadi adalah Sumbing. Gunung Sumbing berada di beberapa kabupaten,
kab.Magelang ,kab.Temanggung dan kab.Wonosobo. Ada beberapa jalur yang bias
dilewati untuk sampai menuju puncak, yaitu jalur Garung di kab.Wonosobo, jalur
Butuh Kaliangkrik di kab.Magelang dan beberapa jalur lainnya. Nah yang akan
kami pilih adalah jalur Garung, karena waktu itu info yang paling banyak
terkumpul adalah jalur Garung.
Semua
terjadi begitu saja, saat pertama kali saya kepikiran untuk merencanakan
pendakian ke gunung Sumbing. Pada akhirnya diajaklah 3 orang teman yaitu Humam,
Andri dan Dwiki. Mereka adalah teman sealmamater saya. Singkat cerita kami
memutuskan untuk berangkat tanggal 6 November 2014, meeting point waktu itu
adalah di Secang. Kami berangkat motoran berbonceng-bonceng. Saya mbonceng
Humam dan Dwiki dengan Andri. Cuaca pada waktu itu cukup mendung, pada saat di
perjalanan akhirnya kami kehujanan juga. Alhasil kami harus memakai mantol.
Perjalanan menuju basecamp garung sangat berkesan bagi saya dan Humam, waktu
itu ketika kami melewati jalan Parakan yang mulai berkelok-kelok dan tentunya
licin karena terguyur hujan sebuah insiden yang membuat kami sangat merinding
terjadi. Sebenarnya saya sudah mengingatkan Humam untuk jangan ngebut, tapi
sepertinya dia tidak menghiraukan perkataan saya waktu itu. Alhasil pada
tikungan di Parakan kami menyalip sebuah mobil dan seketika Humam tidak bisa
mengendalikan motornya dan akhirnya kami pun terpeleset di depan mobil yang kami
selip tadi. Ya Allah, rasanya sangat deg-degan. Untungnya mobil tadi dalam
kondisi pelan dan mobil lawan arah pun dalam kondisi pelan sehingga sopirnya
bisa menhindari motor kami yang tergeletak di tengah jalan. Ya Allah mimpi apa
saya semalam, tanpa pikir panjang saya
langsung membawa motor Humam menuju pinggir jalan. Setelah itu saya
mengeluarkan kotak p3k saya dari dalam carrier untuk mengobati muka Humam yang
bonyok. Alhamdulillah saya tidak mengalami luka yang parah, hanya telapak saya
saja yang luka dan celana rain coat saya yang sobek. Tapi tak apa kawan jadikan
kejadian ini pelajaran.
Satu
hal yang membuat saya bangga kepada Humam, dia dengan rasa semangat menjawab
“lanjut!” ketika saya tanyai mau lanjut atau tidak. Setelah istirahat beberapa
saat kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp Garung.
Sampai
di basecamp kami mengurus administrasi dan perijinan terlebih dahulu. Sebelum
mendaki kami berdoa agar Allah senantiasa tetap melindungi perjalanan kami.
Perjalanan kami mendaki sangat santai mengingat si Humam dalam keadaan seperti
itu. Jalur yang disediakan ada 2 macam, yaitu jalur lama dan jalur baru, dengan
beberapa pertimbangan akhirnya kami memilih jalur lama saja. Jalan menuju pos 1
didominasi jalan berbatu dan melewati ladang penduduk.
Jalan berbatu sebelum pos 1 |
Nah
setelah pos 1 inilah jalan tanah setapak mulai terlihat, cukup banyak
percabangan waktu itu, tapi tenang saja dari basecamp akan diberi lembaran
petunjuk rute dan peta kok. Karena belum terlalu lelah kami memutuskan untuk
lanjut menuju pos 2. Sampai di pos 2 saat itu mulai terdengar kumandang adzan
dari kejauhan. Sembari beristirahat kami memutuskan untuk sholat terlebih
dahulu. Matahari mulai tenggelam itu tandanya kami harus mengeluarkan senter
untuk penerangan jalan. Target kami waktu itu adalah pos 3 sebagai tempat
ngecamp, karena menurut penduduk setempat di pos Pasar Setan sering terjadi
badai.
Rasa
lelah mulai menggelanyuti, cuaca pada malam hari itu sangat bersahabat. Terasa
sangat hangat dan tidak terlalu besar juga angin yang lewat. Setelah beberapa
berjalan akhirnya kami sampai pos 3, disana kami memilih tempat di dekat pohon
agar angin tidak langsung mengenai tenda kami. Ngomong-ngomong pos 3 ini masih
berada di bawah Pasar Setan, tapi tenang tidak terlalu jauh kok jaraknya. Tenda
pun akhirnya terbangun, barang-barang kami masukkan semua dan ditata didalam
tenda. Kami memutuskan untuk memasak makanan dahulu sebelum tidur agar tenaga
terisi. Sebenarnya jarak dari campground sampa puncak masih sangat jauh, kurang
lebih 3-4 jam perjalanan santai, itu tandanya kami harus memulai summit attack
pada pagi buta sekali. Tapi mau bagaimana lagi, badan sudah sangat lelah.
Sebelum tidur kami menyetel alarm di handphone kami pukul setengah 4 pagi
dengan harapan esok hari cuaca cerah.
Pestan (Pasar Setan) |
Hari
berganti menjadi minggu, karena empuknya kasur alam kami jadi kesiangan padahal
sebenarnya saya pun sudah membangunkan mereka bertiga pada saat alarm di
handphone saya berbunyi. Tapi ya sudahlah daripada hari semakin siang kami pun
menghangatkan badan dahulu dengan secangkir kopi panas. Menata sebagian barang
yang kami bawa untuk summit attack, tidak usah terlalu muluk-muluk cukup dengan
1 daypack saja. Setelah kami rasa persiapan sudah cukup kami pun berangkat
diiringi temaram cahaya bulan purnama yang kebetulan waktu itu hampir bulat
sempurna dan ditemani sindoro yang berdiri gagah. Waktu itu banyak pendaki dari
Sindoro yang menyorotkan senter mereka ke arah Gunung Sumbing, dan mereka hampir
sampai puncak sedangkan kami baru setengahnya saja.
sindoro |
Sebenarnya
jarak menuju puncak dari Pasar Setan hanya 1,5km saja, tapi akibat jalur yang
ekstrim dan sangat licin membuat para pendaki menghabiskan waktu yang cukup
lama untuk sampai ke puncak. Dari pasar setan ada beberapa pos lagi yang harus
kami lewati, nah setelah dari pasar setan kita melewati pos yang bernawa Pasar
Watu. Sesuai namanya disana memang banyak sekali batu-batu besar yang
berserakan.
menapakan kaki di sebuah batu di Pasar Watu |
Setelah
Pasar Watu kami harus melewati 2 pos lagi sebelum tiba di puncak. Nah setelah
kami melewati Pasar Watu kami tiba di pos Watu Kotak, sesuai bayangan saya
disana terdapat sebuahbatu besar yang berdiri gagah. Disini sebenarnya bisa
untuk tempat ngecamp tapi hanya untuk beberapa tenda saja. Dan trek sebelum
Watu Kotak ini jalannya harus seperti merambat gitu, jadi jika kita berjalan di
tengah malam harus ekstra hati-hati.
Pos
yang terakhir adalah pos Tanah Putih, ditandai dengan suatu plang bertuiskan
“Tanah Putih”, disana memang jalannya terlihat agak putih. Jarak dari sini
sudah tidak terlalu jauh kok, dan akhirnya kami dihadapkan oleh sebuah
persimpangan yang jika memilih ke kanan akan menuju Puncak Kawah yang katanya
jalur kesana sangat ekstrim dan diperlukan keahlian khusus untuk mencapainya.
Dan jika kita memilih jalur yang lurus makan akan mengarah menuju Puncak Buntu,
demi keselamatan kami pun memilih Puncak Buntu sebagai tujuan utama kami.
Kami
pun sampai di Puncak Buntu dan alhamduliillah cuaca pada siang hari itu sangat
cerah walaupun saat kami di Watu Kotak kabutnya mulai naik. Dan inilah panorama
yang disajikan pada siang hari kala itu…
diatas awan men |
Sindoro berselimutkan awan |
tampak kawah sumbing dari puncak buntu |
Setelah cukup lama istirahat
kami memutuskan untuk turun, singkat cerita kami sampai di tempat camp, mengisi
tenaga dahulu sebelum kami turun dan pulang ke rumah masing-masing. Dan yang
saya rasakan waktu itu adalah rasa puas yang sangat luar biasa, mengingat pada
saat kami berangkat kami sempat terjatuh di aspal dan perjalanan 9,5 jam yang
saya rasa sangat berat terbayarkan oleh pemandangan di puncak yang begitu
menakjubkan. Terima kasih ya Allah atas segala pelajaran yang kami terima pada
perjalanan kali ini, bahwa setiap kesuksesan harus melalui berbagai rintangan
dan cobaan, semua tergantung pada diri kita sendiri, seberapa kita kuat
menjalani kesulitan yang Allah berikan. Dan percayalah semua akan indah pada
waktunya.
Salam lestari!
0 Response to " Pendakian Gunung Sumbing Via Garung Wonosobo"
Post a Comment