Bertahan Dalam Suhu Minus Ranu Kumbolo
Tuesday, August 4, 2015
Add Comment
Mungkin sebagian orang tidak
asing dengan cuplikan lirik lagu milik Dewa 19 yang berjudul Mahameru. Sebenarnya lagu ini sudah lama
sekali diciptakan. Bagaimana tidak, lagu ini dipopulerkan ketika Ari Lasso
masih menjadi vokalisnya. Itu artinya sudah bertahun-tahun yang lalu ya.
Mungkin sepertinya memang Ari Lasso dulunya merupakan seorang pendaki, karena
pada suatu waktu saya melihat foto jadul Ari Lasso bersama Piyu Padi dan
beberapa temannya sedang menggendong carrier. Keren ya, pantas saja lagu
tersebut sangat pas dihayati saat kita mendaki gunung Semeru. Terdengar pendaki
banget deh pokoknya.
Tidak disangka setelah
berlama-lama menunggu kesempatan untuk Mendaki Semeru datang juga, butuh waktu
hampir satu tahun lamanya saat pertama kali saya mempunyai rencana ingin
mendaki gunung Semeru sebelum rencana tersebut benar-benar terealisasikan.
Awalnya sih saya dan salah satu teman saya yang bernama Andri merencanakan
pendakian ke Semeru pada bulan Desember tahun 2014, tapi karena terbatasnya info
dan tidak adanya ajakan seorang teman kami memutuskan mendaki gunung Lawu saja
sebagai ‘pelarian’ karena tidak jadi mendaki Semeru. Ceritanya bisa dilihat di postingan saya sebelumnya yaaa.
Mendaki Semeru pada kesempatan
kali ini bukan berarti karena ter ‘bius’ oleh salah satu film yang melejit pada
tahun 2012 lalu, melainkan karena kami ingin merasakan bagaimana sih sensasinya
berdiri di atas puncak Semeru yang notabene adalah tanah tertinggi pulau Jawa.
Semeru juga merupakan gunung api tertinggi ketiga di Indonesia setelah gunung
Kerinci di Sumatera Barat ( 3805 MDPL ) dan gunung Rinjani di Nusa Tenggara
Barat ( 3726MDPL ). Nah Semeru ini memiliki ketinggian 3676 MDPL dengan
puncaknya yang bernama Mahameru.
Sampai pada akhirnya ada
ajakan dari teman yang saya kenal ketika saya mendaki Lawu. Awalnya sih kami bingung
menentukan hari yang tepat, dan akhirnya kami memutuskan tanggal 22 juli
sebagai hari kami mulai tracking. Selain hari itu adalah long weekend, hari itu
merupakan hari dimana kami lagi punya banyak uang karena mendapat THR, haha.
21 Juli 2015
Singkat cerita kami berangkat
dari Magelang pukul 9 pagi. Rombongan dari Magelang sebenarnya ada 6 orang.
Tapi karena ada sesuatu hal sangat penting, salah satu teman saya menyatakan
cancel 1 hari sebelum hari keberangkatan. Sayang sebenarnya, tapi tak apa kawan
Semeru akan selalu menunggu kok. Agar lebih enak saya akan memperkenalkan
beberapa teman saya dari Magelang,
-
Habin : Teman saya dari SD, tetangga rumah juga.
Dan yang saya heran dia enggak pernah makan nasi semenjak dia masih kecil. Kok
bisa ya?
-
Fajar Ubay : Teman saya SMP, teman ngeband juga.
Dia seorang drummer, dan dia adalah adik kandung dari Ubay finalis Indonesian
Idol. Asoooy ya? haha
-
Andri : Teman saya satu jurusan di SMK Negeri 1
Magelang, partner ndaki juga.
-
Dwiki : Teman satu almamater juga, dulunya musuh
Andri tapi bisa deket karena dulu mulai ndaki bareng di Sumbing. Hahaha…
Kami berangkat dari Magelang
menggunakan bus. Dari Magelang turun di terminal Giwangan Yogyakarta, kemudian
kami lanjut menuju Solo terlebih dahulu untuk ketemu dengan mas WIku di
terminal Tirtonadi. Kasian karena dia sendirian. Oh iya mas Wiku ini kenalan
saya sewaktu saya mendaki Merbabu bulan Februari lalu. Ndaki mah asik ya,
banyak orang-orang baru yang bisa jadi teman kita. Asoy deh pokoknya
(kiri ke kanan) Habin, mas Wiku, Fajar, entah tu siapa, Andri, Dwiki, Saya |
Nah setelah Solo kami langsung
saja cus menuju terminal Bungurasih Surabaya karena untuk di Surabaya
terminalnya buka 24 jam. Akhirnya setelah 8 jam kami tiba di Surabaya, mengisi
perut terlebih dahulu sebelum
melanjutkan perjalanan menuju Arjosari Malang. Singkat cerita kami bertemu
dengan rombongan Ngawi yang ternyata mereka sudah semalaman menunggu kami dan
tidur di depan toko dekat terminal Arjosari. Haha maaf, soalnya waktunya molor
jadi kami terlambat. Untuk yang dari Ngawi nama anggotanya adalah sebagai
berikut
-
Mas Nophix : Dia anak band, anak pop punk. Mulai
kenal dengan dia waktu kami mendaki Lawu.
-
Mas Davig : dialah yang paling dewasa dari
rombongan Ngawi. Anak metal kayaknya haha
-
Mas Aji : si pencair suasana tanpa dia mungkin
pendakian bakalan garing haha
-
Mas Romy a.k.a Werok : soulmate nya mas Aji buat
guyonan, yaaa begitulah. Pertama ketemu juga ketika mendaki Lawu.
-
Mas Rendra : akrap disapa pak guru saat
pendakian kali ini. Kenal saat dulu mampir ke rumah saya sehabis naik Merbabu.
- Mas Nuki : dilihat dari badannya sepertinya dia orang yang memiliki tenaga ekstra..
Ternyata ketambahan lagi 2 cewek
temennya mas Aji
-
Windi : selama pendakian yang selalu nempel sama
pak guru haha
-
Rosa : orangnya pendiam, tapi strong coy
22 Juli 2015
Waktu itu kami sampai di Arjosari sekitar pukul 02.00 dini hari. Sebuah accident terjadi pada kami, ketika turun dari bus waktu itu kami memang sedang dalam keadaan ngantuk dan lelah akibat perjalanan seharian penuh dari Magelang. Carrier dan manusianya sudah turun semua dan tiba-tiba Dwiki teringat bahwa tas kecilnya masih tertinggal di dalam bus, padahal posisinya bus tersebut sudah mulai keluar dari terminal. Dengan spontan dia mengejar bus tersebut, tetapi sayang bus tersebut sudah terlanjur pergi. Ya walaupun isinya hanya sebagian logistik kami, tapi jumlahnya lumayan banyak. Yasudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Akan kami jadikan kejadian ini sebagai pelajaran agar kami tidak tledor ketika hendak bepergian. Untung saja bukti transfer kuota pendakian masih tersimpan di dompet.
Dari Arjosari kami menuju Tumpang menggunakan angkot warna putih yang bertuliskan TA. Artinya Tumpang-Arjosari. Nah, mulai dari Tumpang menuju Ranupani ini kita harus menggunakan jeep karena memang trek untuk menuju Ranupani agak ngeri. Tarif jeep dari Tumpang-Ranupani PP berkisar 1,3 juta. Lumayan wow ya? Tapi untungnya kami sudah mem-booking jeep dari jauh-jauh hari jadi kita gausah dipusingkan lagi untuk mencari jeep.
Dari Arjosari kami menuju Tumpang menggunakan angkot warna putih yang bertuliskan TA. Artinya Tumpang-Arjosari. Nah, mulai dari Tumpang menuju Ranupani ini kita harus menggunakan jeep karena memang trek untuk menuju Ranupani agak ngeri. Tarif jeep dari Tumpang-Ranupani PP berkisar 1,3 juta. Lumayan wow ya? Tapi untungnya kami sudah mem-booking jeep dari jauh-jauh hari jadi kita gausah dipusingkan lagi untuk mencari jeep.
Setelah beberapa lama
istirahat kami berangkat menuju Ranupani, Ranupani merupakan titik awal
pendakian gunung Semeru. Terombang ambing di bak jeep selama hampir 2 jam, tapi
pemandangan sepanjang jalan keren kok jadi tidak terlalu terasa lama. Dulunya
sih katanya kita bisa turun di depan pos ijin Ranupani ,tetapi peraturan sekarang kendaraan besar
hanya boleh sampai lapangan saja. Tidak apa-apa, lumayan buat pemanasan.
dibalik pegunungan ini terdapat 2 buah gunung yang sudah sangat terkenal yaitu gn.Bromo dan gn.Batok |
diatas jeep, asoooy haha |
Sampai di Ranupani kami langsung
mengurus simaksi ( surat izin masuk wilayah konservasi ) yang sudah kami
booking 1 bulan sebelum hari keberangkatan. Oh iya, untuk beberapa waktu
terakhir ini Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memberlakukan sistem booking
online untuk para calon pendaki Semeru. Untuk online kuota per harinya 300
orang dan 200 untuk on the spot atau
datang langsung ke Ranupani. Tapi agar tidak kehabisan mendingan kita booking
online saja.
Sebelum berangkat mendaki kami
menjalani briffing terlebih dahulu
untuk diberi info tentang jalur pendakian Semeru dan dimana saja kita bisa
mendirikan tenda. Setelah re-packing
kami mulai tracking. Trek Semeru ini
bisa dikatakan banyak landainya daripada tanjakannya. Rata-rata landai malah.
Ranupani – Landengan Dowo : 45 menit
Setelah berjalan sekian lama
kami sampai di Ledengan Dowo ditandai dengan plang bertuliskan Landengan Dowo.
Beristirahat terlebih dahulu sambil berfoto ria
Landengan Dowo – Pos 1 : 30 menit
Sampai
di pos 1 ternyata sudah banyak sekali pendaki yang beristirahat disana, dan
yang saya kagetkan adalah ada orang
jualan disana. Wow, tapi ya pasti sudah bisa ditebak lah harga yang ditawarkan
berapa. Jika melihat orang jualan di gunung jadi teringat gunung Lawu yang
memang menyediakan warung disana. Dan yang berkesan adalah harganya tidak
terlalu mahal, pas lah di kantong. Di
pos 1 ini terdapat sebuah shelter
Pos 1 – Pos 2 : 40 menit
Trek
untuk sampai di pos 2 ini masih datar datar saja. Ya tetapi yang namanya datar
di gunung ya pasti ada sedikit
menanjaknya, tetapi tidak terlalu terasa saja jadi kami anggap datar. Di pos 2
ini juga terdapat sebuah shelter yang masih terawat.
Pos 2 – Watu Rejeng : 20 menit
Saya
kira awalnya setelah melewati pos 2 langsung bertemu dengan pos 3, ternyata
masih harus melewati Watu Rejeng
terlebih dahulu. Tapi yasudah kita jalani saja dengan berjalan santai agar
tidak terlalu lelah karena masih 3 hari lagi kami mendaki.
Watu Rejeng – Pos 3 : 1 jam
Nah, mulai Watu Rejeng ini treknya mulai kami rasa lebih berat. Kami harus melewati tanah bekas longsoran yang jika tidak berhati-hati bisa saja kami terpeleset ke bawah. Di pos 3 ini juga terdapat sebuah shelter.
Pos 3 – Pos 4 : 1 jam
“Bertanya-tanya sampai
kapankah berakhir” seperti lirik
lagu Dewa 19, hal yang saya rasakan sama. Badan mulai lelah, punggung mulai
pegal karena saya rasa inilah beban carrier terberat yang selama ini pernah
saya pikul. Bertanya-tanya kapan sih kita sampai di Ranukumbolo kok kayaknya
lama banget. Untuk sampai di pos 4 ini kita harus mengelilingi beberapa bukit
terlebih dahulu, dan sebelum bukit terakhir kita harus melewati sebuah jembatan
berwarna merah yang cukup eksotis. Jarang-jarang lho bisa menemukan jembatan
yang bener-bener jembatan di gunung. Tidak seperti di Merbabu yang dinamai
Jembatan Setan yang pada awalnya saya kira benar-benar jembatan tetapi pada
kenyataannya harus merayap melewati tebing dan yang bikin parno adalah bawahnya
langsung jurang. Pantas dinamai seperti itu hufttt. Oh iya, pos 4 ini berada di
atas Ranukumbolo persis. Dari kejauhan sudah tampak sebuah genangan air yang
sangat luas. Dari situ kami mempercepat langkah kami agar bisa cepat
beristirahat.
Pos 4 – Ranukumbolo : hanya beberapa menit, tidak terlalu lama.
Seperti yang saya bilang baru
saja, Ranukumbolo ada dibawah pos 4 persis. Maka dari itu estimasi waktunya
tidak saya catat di note book saya,
bukan note book adeknya laptop lho ya
namun benar-benar note book atau buku
catatan yang saya gunakan untuk menulis estimasi waktu dari pos ke pos. Tanpa berlama-lama kami mencari tempat
yang agak luas yang bisa dijadikan tempat kami nge-camp. Dan yang pasti
langsung menghadap ke Ranukumbolo, katanya sih jika matahari terbit munculnya
dari tengah-tengah antara 2 bukit di Ranukumbolo.
Setelah tenda berdiri kami
memasak makanan untuk mengganjal perut, ya pastilah kami sangat lelah setelah
berjalan seharian di tengah hutan. Seperti yang orang lain bilang, Ranukumbolo
merupakan surganya gunung Semeru. Panorama yang disajikan memang sangat
memanjakan mata. Sambil menunggu malam tiba kami mengarahkan lensa kamera dan
lensa kamera HP ke tempat yang kami rasa sangat indah. Dan pada malamnya kami
sangat merasa takjub karena waktu itu Milky
Way nya sangat terlihat jelas. Subhanallah, indah sekali..Dan berikut
foto Milky Way yang saya maksud
Setelah saya rasa hari mulai
malam dan dingin saya putuskan untuk tidur terlebih dahulu karena keesokan
harinya kami harus melanjutkan perjalanan kami menuju Kalimati.
23 Juli 2015
Pagi
itu kami tidak menargetkan jam berapa kita harus bangun, karena tidak seperti
biasanya yang malam pertama kita disibukan dengan alarm agar bisa bangun pagi
buta untuk persiapan summit attack. Suhu di Ranukumbolo pagi sangat dingin
sekali, katanya sih biasanya jika musim kemarau seperti ini suhu di Ranukumbolo
biasa mencapai -10 derajat celcius. Wow, padahal ketinggiannya masih 2400 MDPL,
gak kebayang bagaimana suhu di puncak nanti. Zipper tenda mulai kami buka,
zreeettt ternyata cuacanya cerah dan matahari tampak mulai muncul dari
singgasananya. Subhanallah indah sekali Semeru itu. Tanpa berpikir panjang
langsung saja saya keluar dan mengabadikan panorama pada pagi itu..
itu tu Tanjakan Cinta |
Puas berfoto-foto langsung saja kami memasak makanan yang cukup untuk mengisi tenaga sebelum kami melanjutkan perjalanan menuju Kalimati. Kami fleksibel saja waktu itu, tidak terlalu menargetkan jam berapa kami harus melanjutkan perjalanan. Toh kita masih beberapa hari lagi disini. Setelah dirasa perut sudah kenyang dan hari sudah mulai siang kami membongkar tenda dan kembali packing. Jangan bosen-bosen bongkar pasang tenda ya, karena trek Semeru memang sangat jauh. Terutama saat summit attack, kita harus mengerahkan seluruh tenaga karena memang trek untuk menuju puncak adalah trek terberat di Semeru.
Ranukumbolo
– Cemoro Kandang : 40 menit
Untuk
sampai di Cemoro Kandang kita harus melewati sebuah tanjakan fenomal dan sangat
terkenal di kalangan para pendaki. Ya, Tanjakan Cinta namanya. Kalian pasti
tahu lah mitos yang berlaku di Tanjakan Cinta ini. Jika kita menaiki tanjakan
tersebut dan tidak menoleh kebelakang sambil memikirkan orang yang kita sayangi
maka orang tersebut akan benar-benar mencintai kita. Ya namanya juga mitos,
bisa saja benar bisa saja salah. Tetapi semua teman satu rombongan saya tampak
tidak ada yang menoleh ke belakang satupun hahaha. Terkadang diantara kami
saling menggoda iman mereka dengan memanggil satu sama lain agar mau menengok
ke belakang hahaha
Setelah melewati Tanjakan Cinta
mata kami dimanjakan dengan hamparan sabana yang begitu luas. Oro-Oro Ombo
namanya. Tapi sangat disayangkan bulan kami mendaki tidak sesuai dengan bulan
dimana bunga verbena yang begitu ungu sedang bermekaran. Padahal sangat indah
sekali jika bunga tersebut sedang mekar. Mungkin bulan juli bunga tersebut
memang jatahnya sedang kering.
Cemoro Kandang berada di ujung
Oro-Oro Ombo, mulai dari Cemoro Kandang inilah pepohonan mulai rimbun.
Cemoro Kandang – Jambangan : 2 jam 30 menit
Mulai
dari sini kita akan jarang menjumpai yang namanya dataran. Mungkin hanya beberapa saja jumlahnya dan bisa dihitung
menggunakan jari, walaupun tak sebanyak sebelumnya tapi tidak apa-apa lah, alon-alon asal kelakon. Kata orang jawa
sih begitu, lhah kan saya orang jawa. Setelah puas menanjak ria kami
sampai di pos Jambangan, mulai dari Jambangan ini Mahameru bisa kita lihat
dengan jelas. Tampak sangat gagah berdiri, dan yang bikin kami agak kepikiran
adalah “cara turunnya gimana dan berapa jam sampai atas sana?”
Jambangan – Kalimati : 30 menit
Karena
Mahameru mulai terlihat jelas itu tandanya Kalimati mulai dekat, tanpa basa
basi kami mempercepat langkah kami agar bisa cepat beristirahat. Treknya mulai
enak kok, mulai banyak dataran dan turunan. Ya itulah yang sering kami katakan
sebuah bonus di sebuah pendakian.
Sampai di Kalimati suhu mulai
berubah drastis, entah kenapa walaupun siang hari disana rasanya begitu dingin.
Sangat berbeda dengan cuaca ketika kami belum sampai di Kalimati. Karena mulai
sangat dingin kami mencari tempat yang lapang untuk dijadikan tempat ngecamp
kami sebelum dini hari besok melakukan summit
attack. Puas-puasin deh yang namanya makan dan tidur disini karena untuk
menuju Mahameru diperlukan waktu lebih dari 6 jam perjalanan. Dan jika ingin
sampai di atas sebelum matahari terbit itu tandanya kami harus memulai perjalanan
sebelum hari berganti menjadi tanggal 24.
Di Kalimati ini juga terdapat sumber air,
namanya Sumber Mani. Kenapa bisa dinamai seperti itu ya? Entahlah hahaha.
Jaraknya lumayan jauh dari Kalimati, sekitar 1 jam bolak balik. Dan itu belum
termasuk antri isi airnya. Tapi yang namanya air di gunung mesti seger ya, ada
manis-manisnya gitu. Wkwk. Setelah kami rasa hari mulai petang kami harus tidur
agar nanti bisa bangun dalam kondisi fresh untuk persiapan menuju Mahameru.
sekedar bocoran untuk page selanjutnya
Penasaran kaaan? mau tau cerita selanjutnya? Sudah bisa dilihat di beranda setelah artikel ini.
Baca juga: Perjalanan Menggapai Puncak Mahameru
0 Response to "Bertahan Dalam Suhu Minus Ranu Kumbolo"
Post a Comment