Bukit Banyak Angkrem: Rock Climbing Ala Pegunungan Menoreh
Saturday, September 12, 2015
Add Comment
Pegunungan
Menoreh adalah kawasan pegunungan yang membentang dan mengelilingi Kota Magelang. Jika dipikir-pikir jadi semacam benteng alami yang melindungi kota ini. Keren ya?
Ngomong-ngomong
pada kesempatan kali ini saya akan
menceritakan sebuah perjalanan ke salah satu tempat yang mungkin masih banyak
orang belum mengetahuinya. Bisa dibilang perjalanan ini masih sangat hangat sekalian sebagai obat rindu setelah berbulan bulan tidak tracking, karena terakhir tracking adalah bulan Juli di Gunung Semeru. Ceritanya bisa dilihat di postingan saya sebelumnya .Tempat
yang saya maksud adalah Banyak Angkrem, Banyak Angkrem merupakan salah satu
puncak di Pegunungan Menoreh tetapi bukanlah merupakan puncak tertingginya.
Puncak ini berada di Salaman, Kab.Magelang, Jawa Tengah. Kota saya tercinta.
itu Banyak Angkrem |
Untuk sampai di desa terakhir sebelum kami
melanjutkan perjalanan menuju puncak dengan berjalan kaki, bisa ditempuh
menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 40 menit dari pusat
kota. Menuju ke arah Purworejo dan setelah sampai di bunderan Salaman ( bagi
yang tahu ) ambil jalan ke kiri arah Borobudur. Dari bunderan sudah dekat kok,
tinggal mengikuti jalan saja dan ketika sampai di belokan pertama kita ambil
jalan masuk ke gang kanan jalan jika dari arah bunderan.
Waktu itu saya
jalan-jalan menuju Banyak Angkrem dengan teman se almamater saya, Humam, Doni,
Didin, Irwan, Junan dan Bagas. Kami berangkat dari Magelang ber 6 dan ketemuan
dengan Didin di dekat bundaran. Didin kebetulan simbahnya mempunyai rumah di
dekat Banyak Angkrem, jadi kita tidak usah bingung lagi akan memparkirnya motor
kami dimana. Untuk beberapa teman saya mungkin ini adalah pengalaman pertama
bagi mereka tracking menuju sebuah puncak. Ya anggap saja sebuah llatian lah ya
haha
Setelah sampai
rumahnya simbah teman saya, kami langsung merparkirkan kendaraan kami. Untuk
saat ini sih saya memang sengaja tidak membawa carrier seperti halnya sebuah
pendakian di gunung tinggi. Saya hanya menggunakan daypack saja, katanya sih
untuk sampai ke puncak hanya dibutuhkan waktu sekitar 1 jam jalan kaki. Tapi
setelah melihat puncaknya dari rumah simbah saya langsung yakin bahwa trek
untuk sampai ke puncak pasti sangat melelahkan. Bagaimana tidak, dilihat dari
bawah saja sudah terlihat treknya pasti sangat curam dan pasti sedikit bonus
datarannya.
Sebenarnya kami
disuruh istirahat terlebih dahulu dirumah simbah, tapi berhubung hari makin
siang dan kami berencana untuk tek tok saja kami memutuskan untuk langsung
berjalan menuju puncak. Dari awal perjalanan saja kami sudah di ‘hajar’ dengan
treknya, konstan konstan saja memang. Konstan nanjak maksudnya. Trek awal masih
berupa paving dan trek mulai berubah ketika kami sampai di sebuah bangunan dari
kayu yang katanya biasa digunakan untuk tempat parkir para penduduk yang akan
mencari rumput di kebun. Mulai dari sini trek berubah menjadi jalan setapak
khas pegunungan.
Seperti yang saya
perkirakan sebelumnya, treknya sangat melelahkan. Terbuat dari batu batu yang
tersusun rapi dan lumayan jelas. Lumayan banyak percabangan yang bisa membuat
kami bingung, tapi untungnya kami punya seorang guide alias Didin haha.
Irwan |
Sekitar 1 jam
kami berjalan dan akhirnya kami dihadapkan dengan sebuah tebing dan harus kita
panjat jika ingin sampai puncak alias rock climbing. Melihat tebingnya yang
ngeri 4 dari 7 orang anggota memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan
karena belum memiliki nyali. Kebetulan saya merupakan salah satu dari 3 orang
yang melanjutkan perjalanan. 2 orang selain saya adalah Didin karena dia pernah
berkunjung kemari sebelumnya dan Humam teman mendaki saya. Sekedar untuk saran
saja, sebaiknya memakai celana pendek saja untuk climbing, karena waktu itu
saya memakai celana panjang dan saya merasa kewalahan karena kaki saya tidak
bebas untuk bergerak. Jika sepatu kalian licin lebih baik lepas saja sepatunya,
tetapi harus pintar pintar memilih batuan yang tidak runcing tetapi kuat
sebagai pijakan.
Sekitar 10 menit
kami memanjat akhirnya kami sampai puncak juga. Yeay! Di puncak ada sebuah batu
yang cukup besar dan biasanya dibawah batu tersebut dijadikan tempat mendirikan
tenda bagi para pendaki yang ingin bermalam disini.
Berikut
pemandangan dari puncak Banyak Angkrem
Setelah puas
berfoto kami memutuskan untuk turun, nah ininih hal yang bikin kami merinding.
Karena seharusnya jika menuruni sebuah tebing kita harus menggunakan teknik
rappeling alias menuruni tebing menggunakan tali. Tetapi waktu itu kami turun
secara manual. Harus ekstra hati-hati sekali. Berpegangan akar dan cekungan
batu agar bisa mempermudah laju kami untuk turun. Dan akhirnya alhamdulillah
kami sampai juga dibawah tebing.
Setelah foto
bareng kami memutuskan untuk turun. Singkat cerita kami sampai di rumah simbah
Didin. Mungkin simbah Didin peka karena kami kelelahan dan akhirnya kami
dibuatkan minuman dingin yang segeeeer. Setelah kami rasa cukup beristirahat
kami berpamitan kepada pemilik rumah dan kembali ke rumah masing-masing.
Humam, Saya, Doni, Irwan, Didin, Junan minus Bagas fotografernya |
The end
0 Response to "Bukit Banyak Angkrem: Rock Climbing Ala Pegunungan Menoreh"
Post a Comment