Curug Gleyor Tersembunyi Di Kaki Gunung Sumbing
Sunday, February 3, 2019
Add Comment
Suatu hari, di
saat kuliah saya sedang libur, ada hasrat untuk berkeliling kota kelahiran saya
yaitu Magelang. Sebenarnya banyak sekali potensi alam yang ada di kota ini jika
kita mau mengeksplorasi. Nah suatu saat saya tidak sengaja mendengar adanya curug
bernama Gleyor. Namun, informasi mengenai Curug Gleyor belum terlalu banyak.
Jadi, mau tidak mau saya harus mencari informasi sendiri tentang curug ini
langsung dari orang sekitar.
Ngomong-ngomong
saya mengajak dua orang teman yang kebetulan sedang libur kuliah juga bernama
Yogi dan Ivan. Karena rencana ini mendadak, kami langsung berangkat tanpa
mempersiapkan yang ribet. Namun kami tetap membawa air mineral dan jas hujan
mengingat waktu itu hujan senang sekali turun tanpa memberi aba-aba.
Untuk
menuju Curug Gleyor ini dibutuhkan waktu sekitar 45 menit dari kota. Seharusnya
kurang dari itu, sih, karena kami sempat nyasar beberapa kali jadi mau tidak
mau waktunya pasti molor. Nah, jika kalian berangkat dari pusat kota, kalian
hanya perlu melewati Jalan Raya Bandongan. Jalannya gampang kok, tidak banyak
percabangan, dan jalannya beraspal walaupun tidak semua bagian mulus. Jika
kalian bertemu dengan Pasar Bandongan, pilihlah jalan yang lurus menuju
Kaliangkrik. Tinggal ikuti saja jalannya sampai bertemu pertigaan, ke kiri
menuju kaliangkrik, jika lurus menuju arah Mangli atau basecamp Gunung Sumbing.
Kalian pilih yang lurus. Ikuti saja jalan yang besar hingga bertemu pertigaan
lagi, kalian pilih yang jalannya cenderung ke arah kanan. Nah, dari situ sudah
tidak jauh lagi kok. Ikuti saja jalan besarnya, jika kalian sudah bingung
jangan sungkan untuk bertanya dengan warga, yaaa. Supaya jika nyasar, tidak
terlalu jauh nyasarnya. Atau jika kalian bingung, googling di maps saja. Sudah
ada kok.
Jalan
berganti menjadi batu dan semen, pertanda kami sudah mulai masuk ke jantung
desa dan berarti sudah mendekati area curug. Lokasinya ini cukup membingungkan,
karena memang belum ada petunjuk jalan, dan tempat parkir saja belum ada. Jadi,
waktu itu saya memparkirkan motor saya di dekat rumah warga. Pastikan izin
terlebih dahulu.
Mulai
dari parkiran, kami diharuskan untuk trekking. Karena jalanan sudah berganti
menjadi tanah turun cukup curam khas jalan menuju curug. Jalannya cukup jelas,
berupa jalan setapak. Ngomong-ngomong untuk menuju bibir curug dibutuhkan waktu
sekitar 15 menit. Baru setengah jalan, hujan turun. Kami yang sudah membawa jas
hujan di tas lantas segera memakainya. Kami tetap meneruskan perjalanan setelah
berunding, dengan catatan, jika jalan sudah tidak memungkinkan maka kami harus
kembali. Sampai di jalan yang kanan kirinya sawah, ada seorang warga dan akhirnya kami menanyakan jalur yang sebenarnya. Ternyata kami kebablasan. Untung
saja belum jauh. Jadi, jalan yang benar adalah jalan melipir sawah yang tidak
terlihat karena ditumbuhi rumput. Saya sempat ragu pada awalnya, namun karena
kami yakin warga sekitar lebih tahu ya sudah kami teruskan.
Suara
air terjun sudah terdengar, dan ternyata wujudnya sudah mulai kelihatan.
Waahhh, tapi jalannya tertutup pohon, daun, dan rumput yang lumayan tinggi.
Kami menggunakan ranting pohon panjang yang sudah tumbang untuk mengecek aman
atau tidaknya jalan di depan kami. Saya sangat menyarankan kalian untuk
menggunakan trekking pole, mengingat jalan sudah tidak terlihat dan ngeri juga
jika kita salah pijakan.
Yogi |
Kami
sampai di pinggir curug, dan benar saja, hanya ada kami bertiga. Wah, berasa
private falls, nih. Berhubung kami datang setelah hujan, air yang mengalir
tampak kecoklatan bercampur lumpur. Tapi, hal itu tidak mengurangi keindahan
curug yang jarang sekali dijamah wisatawan ini. Keren banget deh, walaupun
tersembunyi. Kami lantas berfoto-foto sembari menikmati suasana.
Ternyata
masih banyak ya tempat yang belum pernah saya kunjungi di kota sendiri. Semoga
tempat ini tetap asri sampai kapanpun.
Ivan |
Saya |
Note: Jangan pernah meninggalkan
sampah dimanapun kalian berada. Membawa dengan kondisi utuh saja mampu, masa
membawa dalam keadaan kosong tidak mampu? Tetap jaga kebersihan, semakin sering
dilakukan, maka akan semakin terbiasa juga untuk tidak membuang sampah
sembarangan. Okeeee, Bro, Sist?
Salam lestari!
0 Response to "Curug Gleyor Tersembunyi Di Kaki Gunung Sumbing"
Post a Comment