Kota Batu: Bukit Paralayang dan Nuansa Suku Indian di Coban Talun
Friday, May 1, 2020
Add Comment
Jika seseorang bertanya kota apa saja yang menjadi
favorit saya, Malang adalah salah satu di antaranya. Saya sudah beberapa kali
singgah ke Kota Malang dan saya selalu senang dengan kota ini. Mungkin karena
saya memang lebih suka dengan kota yang udaranya cenderung sejuk, seperti kota
kelahiran saya-Magelang. Pertama berkunjung ke Malang ketika akan mendaki
Gunung Semeru beberapa tahun yang lalu. Cerita pendakiannya bisa kalian baca di sini.
Karena beberapa kali belum sempat untuk mampir ke
kota tetangganya yaitu Kota Batu, maka kali ini tidak boleh sampai melewatkan
tempat yang satu ini. Jika kalian mengikuti akun-akun Instagram yang terfokus
pada alam, maka seharusnya banyak spot menarik di Kota Batu yang menyempil di
antaranya. Seperti Bukit Paralayang, Labirin Coban Rondo, dan masih banyak lagi.
Entah mengapa saya justru lebih senang untuk mengeksplorasi spot yang cenderung
bercuaca dingin, mungkin karena jiwa mendaki saya tetap tidak bisa hilang
walaupun sudah jarang mendaki untuk beberapa waktu ini. Hehe
Day
1
Berangkat dari Stasiun Poncol Semarang menggunakan
Kereta Api Malabar, dan turun di Stasiun Kota Baru Malang. Untung saja ada
tiket kereta yang murah untuk sampai Malang, yaitu Rp. 109.000,- ya walaupun
kelas ekonomi, hehehe. Karena transportasi akan menjadi faktor penentu
banyaknya pengeluaran selama melakukan perjalanan jika kita tidak bisa bijak
dalam mengaturnya. Kereta berangkat dari Semarang pada malam hari sekitar pukul
22.00, dan sampai Malang cukup pagi yaitu pukul 07.00. Cukup pagi pula untuk
merasa lapar dan mencari sarapan dahulu. Ngomong-ngomong, saya sudah jarang
sekali makan sepagi itu jadi rasanya aneh saja. Hahaha
Banyak tempat makan di area stasiun sebenarnya,
namun karena ketidaktahuan saya tentang lokasi mana saja yang makanannya enak,
jadi asal duduk saja di warung. Sayang sekali makanan yang saya pesan rasanya
terlalu biasa. Lain kali harus riset tempat makan area stasiun juga supaya
dapat sarapan nikmat, untung saja harganya cenderung bersahabat.
Usai sarapan, saya mengambil motor sewaan yang
dipesan melalui online sebelumnya. Harganya murah, hanya Rp. 90.000,- untuk 1
hari 1 malam, dapat motor bagus pula, rezeki saya. Hahaha. Cukup berjalan kaki
dari warung makan menuju persewaan motor di area Balai Kota Malang. Motor beres,
saya langsung pergi menuju Kota Batu, bisa dibilang jaraknya lumayan dekat,
ditempuh dengan kecepatan santai dengan waktu 30 menit saja. Saya sudah memesan
penginapan pula di sana, namun karena waktunya masih terlalu pagi untuk check
in, maka saya muter-muter dulu sambil lihat-lihat suasana Kota Batu yang
udaranya sejuk sekali. Saya suka dengan Kota Batu yang jalan rayanya masih
cenderung sepi, ya walaupun tidak sesepi Jalanan Flores, sih. Tapi untuk di
Pulau Jawa rasanya sudah jarang menemukan hal semacam ini.
Karena sudah buntu mau ke mana, akhirnya saya memutuskan
untuk menuju penginapan lebih awal saja, padahal sudah mampir beli jajan juga.
Untungnya, pemilik penginapan ini ramah sekali dengan mengizinkan saya untuk
bisa masuk ke kamar lebih awal. Hehehe terima kasih, Mas! Penginapan ini
bernama Sahabat Backpacker Bikers, per malam hanya Rp. 70.000,-an saja, waktu
itu saya dapat diskon dari Traveloka. Kalau harga asli jika langsung datang ke
sana adalah Rp. 120.000,- lumayan kan? Fasilitasnya sederhana, karena mengingat
harganya yang murah. Tetapi, kamarnya bersih kok, ditambah udara Kota Batu yang
dingin jadi nggak perlu AC. Hehehe
Luar jendela kamar penginapan |
Foto penginapan diambil dari Traveloka karena saya lupa menaruh file asli saya huhu |
Saya memanfaatkan waktu untuk beristirahat terlebih dahulu
karena lelah setelah seharian di perjalanan. Niatnya nanti sore saya ingin
pergi ke Bukit Paralayang, melihat gemerlap lampu Kota Batu yang tampak ramai
sekali. Namun, sayang cuaca hari itu mendung dan berakhir dengan hujan. Saya
hanya bisa berharap saja nanti sore atau malam hujan reda dan rencana hari ini
tidak gagal. Lucu sekali sudah jauh-jauh sampai Kota Batu, malah tidak bisa ke
mana-mana karena hujan.
Beruntung sekali, malam itu cuaca mendadak cerah. Waahhh,
untung ya. Bermodalkan maps, saya meluncur menuju Bukit Paralayang. Tidak jauh
kok dari penginapan saya, hanya sekitar 30 menit saja. Jalanan sepi dan gelap,
kabut terkadang turun dengan tebal dan lampu putih dari motor tidak bisa
menembusnya. Sesekali saya kaget karena ada orang tiba-tiba mendekati motor dan
ternyata menawari villa. Hahaha
Usai mengikuti jalan desa yang sepi sekali, saya sampai di
Bukit Paralayang. Karena weekday, harga tiket per orang adalah Rp. 10.000,-
jika datang saat weekend tiketnya menjadi Rp. 15.000,- ditambah dengan parkir
motor Rp. 5000,-. Saat itu lokasinya tidak terlalu ramai, malah bisa saya
bilang cenderung sepi. Mungkin efek dari kedatangan saya saat weekday, dan itu
menjadi kelebihannya karena bisa lebih leluasa untuk mengambil foto. Sebenarnya
saya ingin juga mampir di rumah pohon yang lokasinya sangat berdekatan dengan
Bukit Paralayang, namun karena sudah terlalu malam yaaa sudahlah.
Di area ini juga terdapat warung yang menjual sejumlah
makanan maupun minuman, tetapi jika dirasa uang sudah mepet saya tidak
merekomendasikan warung-warung di sana, karena mahaaalll. Memang tak bisa
dimungkiri kalau udara dingin itu paling enak makan Indomie rebus dengan
telur dan secangkir kopi panas, nikmat banget!
Day 2
Ini adalah hari terakhir saya di Kota Batu, jika semua
agenda selesai saya berencana untuk singgah dulu di Kota Malang dan menginap 1
hari, sekali-kali menelusuri kota yang sudah lama tidak saya kunjungi, hehehe.
Setelah semalam menikmati gemerlap lampu Kota Batu, pagi ini saya akan
berkunjung ke spot yang tak kalah menarik yaitu Coban Talun. Lokasi untuk menuju
Coban Talun juga tak kalah dekat dengan Bukit Paralayang. Melewati jalan
menanjak dan kebun-kebun apel yang tampak subur sekali tumbuh di tanahnya.
Pantas saja ya oleh-oleh yang wajib dibeli jika berkunjung di Kota Batu yaitu
buah apel. Memang terlihat segar sekali buahnya!
Tiket masuk menuju area Coban Talun adalah Rp. 10.000,- per
orang dan biaya parkir motor Rp. 5000,-. Ada beberapa spot menarik di area
Coban Talun ini, namun yang paling menarik perhatian saya yaitu air terjunnya.
Saya memang suka sekali berfoto dengan latar air terjun yang airnya deras,
walaupun kadang ngeri juga kalau harus menyeberang sungainya, tetapi untung
saja di Coban Talun ini kita tidak perlu menyeberangi sungai. Jadi treknya
cenderung aman walaupun juga tidak terlalu dekat untuk sampai di spot air
terjun. Kita akan melewati pepohonan pinus, dan jalan menurun berupa anak
tangga dari tanah yang licin. Harus ekstra hati-hati, apalagi jika terguyur air
hujan.
Air terjun ini lumayan tinggi dengan debit air yang cukup
deras, lagi-lagi saya beruntung waktu itu spot air terjun sepi pengunjung.
Jadi, tidak ada gangguan untuk motret sehingga tidak perlu melakukan clone stamp dan healing spot di Photoshop. Hahaha
Sebelum meninggalkan air terjun, saya mampir dulu di area
bernama Apache Camp. Jadi, tempat ini berupa pondokan yang bentuknya memang
menyerupai wujud perkampungan Apache. Tak hanya Apache Camp, ada juga yang
bernama Pagupon Camp. Kalau dalam Bahasa Jawa sih pagupon berarti rumah burung
dara. Dan perwujudan camp ini hampir menyerupai pagupon. Tetapi saya tidak
berkunjung ke sana karena harus bayar lagi, hahaha. Cukup Apache Camp Saja.
Untuk masuk Apache Camp kita harus membayar tiket Rp. 10.000,- per orang dan
jika kalian ingin berfoto dengan properti khas suku Indian, bisa menyewanya di
sana.
Puas dengan Coban Talun, saya pun kembali ke penginapan.
Beristirahat terlebih dahulu dan mencari warung makan untuk sekadar mengisi
perut, sembari menunggu waktu check out dan melanjutkan perjalanan ke Kota
Malang. Senang sekali akhirnya bisa mengeksplorasi keindahan Kota Batu,
walaupun masih banyak spot menarik yang belum sempat saya kunjungi. Mungkin itu
adalah alasan supaya saya bisa balik ke sana lagi. Hahaha
Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!
Salam hangat,
Angga Tannaya
0 Response to "Kota Batu: Bukit Paralayang dan Nuansa Suku Indian di Coban Talun"
Post a Comment