Eksotisme Terasering Kajoran di Pagi Hari
Saturday, June 20, 2020
Add Comment
Beberapa waktu belakangan ini saya jadi lebih sering untuk
mengeksplorasi tempat-tempat unik di kota kelahiran saya: Magelang. Beruntungnya,
Magelang dikelilingi 5 buah gunung yang berarti hal tersebut menjadi sebuah
keistimewaan untuk orang seperti saya yang senang sekali dengan lanskap dataran
tinggi. Mungkin hal ini juga yang membuat saya selalu memilih gunung daripada
pantai sebagai pelarian utama ketika stres dengan urusan di kota. Eh, kecuali
pantai di Taman Nasional Komodo atau pantai di area Banda-Neira ya, kalau itu
pasti bakal saya pertimbangkan. Huehehehe
Saya pun bersyukur sudah tuntas untuk bisa menyelesaikan
misi pribadi saya untuk bisa mendaki semua gunung yang mengelilingi Magelang,
ya walaupun sudah lama, sih. Akhir-akhir ini malah sudah jarang sekali naik
gunung. Untuk mengurangi rasa kangen saya dengan udara dingin khas pegunungan,
saya jadi sesekali ingin meluangkan waktu untuk sekadar menikmati gunung dari
kejauhan. Sampai satu waktu kawan saya Fajar mengajak saya jalan-jalan pagi
sekaligus riding, sepertinya asik juga, itung-itung sekalian berburu sunrise.
Saya selalu berpikir ingin mengunjungi kembali Terasering
Kajoran, karena dulu sewaktu saya ke sana enggak pernah dapat view Gunung Sumbing dengan sempurna
karena mendung. Rasanya selalu pengen balik lagi sampai nemu momen yang pas. Karena
kebetulan Fajar mengajak, ya jadinya saya pun tercetus ide untuk kembali ke
sana dengan harapan yang cukup tinggi. Semoga enggak kecewa kali ini. Amin!
Alarm di HP saya berbunyi sebelum subuh, sembari
mengumpulkan nyawa. Setelah salat, saya pun janjian dengan Fajar. Baterai kamera
sudah penuh, motor sudah kelar dipanasi, saya pun mulai berangkat dari rumah
dengan meeting point depan Kodim
Magelang. Cuaca pagi itu cukup bersahabat, tidak terlalu dingin dan terlihat
temaram Gunung Sumbing dari kejauhan. “Semoga kali ini beruntung!” pikir saya. “Treng
teng teng teng teng”, suara Vespa milik Fajar terdengar dari kejauhan. Asik
beneerr ya riding pagi pakai Vespa
seperti ini, saya kadang jadi ingin punya motor dengan desain klasik seperti
ini. Pasti bakal asik kalau dipakai riding
pagi sambil muter-muter kota.
Lokasi terasering ini bisa dibilang lumayan jauh dari pusat
Kota Magelang. Kalau jalan sedang ramai dan macet, bisa-bisa waktu tempuhnya
sampai 1 jam. Tapi, mengingat kali ini masih pagi sekali, saya yakin bakal
sampai dengan lebih cepat. Apalagi saya sudah pernah ke sana waktu dulu, jadi
enggak perlu bingung cari jalan yang selalu bikin molor sampainya. Kecamatan
Kajoran ini berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, jadi ya tidak perlu heran
kalau kami berangkat setelah salat subuh karena memang jaraknya cukup jauh.
How to get there
Kecamatan Kajoran ini daerahnya cukup luas. Dulu sewaktu riset mengenai lokasi terasering ini, saya selalu membayangkan kalau
tempat ini berada di daerah Kajoran atas. Yang berarti saya harus menuju lereng
Gunung Sumbing melewati Jalan Raya Kaliangkrik. Ternyata tidak, malah
terasering ini ada di Kajoran bagian bawah dengan melewati Jalan Raya
Magelang-Purworejo. Sebenarnya bisa saja sih lewat Kaliangkrik, tapi ya
otomatis akan jauh lebih lama lagi sampai lokasinya karena harus naik gunung
dulu dan turun lagi.
Pagi itu saya memang tidak terlalu ngebut, hanya jalan
santai saja. Yang jelas sih jangan lebih dari pukul 6 untuk sampai di
tempatnya, agar tidak tertinggal momen golden
hour. Kalau kalian bukan asli orang Magelang, cukup ikuti saja jalan
Magelang-Purworejo. Patokannya adalah kalau sudah ketemu dengan SMA Taruna
Nusantara berarti jalan kalian sudah benar. Tinggal gaspol saja ikuti jalan
utama, jangan belok-belok pokoknya. Entah mengapa, saya selalu merasa kalau
waktu berangkat itu terasa lebih lama jika dibandingkan dengan waktu pulang.
Kalian sering merasa seperti itu juga enggak, sih? Haha
Sampai pertigaan Salaman, kalian ambil arah ke kanan sampai
bertemu dengan Pasar Krasak. Nah, kalau sudah ketemu pasar tersebut kita akan
masuk perkampungan dan mulai dari sini jalan akan sedikit membingungkan. Pokoknya
masuk gang kecil di tengah pasar itu, kalian akan bertemu persimpangan, ambil
yang kiri. Terus saja jangan belok-belok, sekitar 1 kilometer akan bertemu lagi
sebuah persimpangan. Ambil jalan menurun di sebelah kiri, jangan ambil jalan
menanjak yang lurus. Setelah turunan terdapat jembatan kecil dan kemudian jalan
mulai menanjak lumayan tajam. Pokoknya jangan ngebut ya walaupun menanjak
karena area tersebut merupakan perkampungan yang cukup banyak warga sedang
memulai aktivitasnya di pagi hari. Jangan sungkan menyapa kalau ketemu warga
ya!
Nah, setelah itu kalian akan bertemu jalan menyabang yang
terakhir. Ambil jalan ke kiri, ciri khasnya adalah belokan pada tikungan ini cukup
tajam. Kemudian lurus saja ikuti jalan, dan lokasi terasering ini adalah di
sebelah kanan. Tinggal eksplor deh angle
terbaiknya. Kalau masih bingung, coba kalian pejalari daerah ini menggunakan
maps dengan mode satelit, coba saja cari daerah dengan kontur tanah yang
berbentur layer terasering, cukup
terlihat kok. Metode ini juga yang saya gunakan ketika awal dulu berkunjung,
benar-benar enggak tahu arah. Ditambah lagi masuk perkampungan yang cukup asing
untuk saya. Ya maklum sih, karena terasering ini bukanlah tempat wisata
melainkan memang benar-benar wilayah pertanian warga sekitar yang kebetulan
pemandangannya edan!
Oh ya, kalau masih bingung lagi coba saja gunakan metode tanya
google assistant tanya warga lokal sana−“Pak/Bu, badhe tanglet, Desa
Ngendrosari sebelah pundi, nggih?” atau “Desa Ngendrosari sebelah mana, ya?” dah
pasti kejawab deh. Ikuti saja arahan mereka, interaksi langsung dengan warga lokal
itu asyik banget! Mereka sangat ramah pokoknya.
Nah, tinggal nikmatin suasana paginya, deh!
Fajar |
Saya beruntung sekali pagi ini cerah, matahari bersinar terang sekali. Gunung Sumbing terlihat diselimuti kabut tipis, tapi masih terlihat dengan jelas. Sayang, sekarang akses untuk menuju tengah sawah sudah diblok menggunakan kayu yang ditancapkan ke tanahnya. Jadi kita hanya bisa berfoto dari jalan saja. Hal ini kemungkinan karena banyaknya pengunjung yang berfoto ke tengah sawah sehingga tanaman padi milik warga akhirnya terinjak dan rusak mengingat jalan tanahnya tipis sekali. Tapi ini bukan masalah, lebih baik kita menikmatinya dengan angle yang lain daripada malah menyusahkan para petani, ye kan?
Fajar with his Vespa |
Me, as power ranger. LOL |
This is unreal! |
Sebenarnya Magelang masih memiliki begitu banyak pesona alam nan luar biasa yang belum saya sambangi. Dan Terasering Kajoran adalah salah satu tempat yang selalu saya favoritkan jika sedang ingin ngelayap di padi hari. Selain indah, tempat ini gratis untuk dikunjungi. Hahaha
Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!
Salam hangat,
Angga Tannaya
0 Response to "Eksotisme Terasering Kajoran di Pagi Hari"
Post a Comment