Kamera Mirrorless Fujifilm X-T1 untuk Traveling di Tahun 2020
Saturday, June 6, 2020
2 Comments
Kalau ditanya barang apa sih yang nggak bisa
ditinggal ketika traveling ke sebuah tempat, saya pasti akan jawab kamera! Nggak
hanya traveling, ketika ingin jalan santai di kota atau sedang nongkrong di
coffeeshop, saya selalu bawa kamera. Entah mengapa saya merasa kamera menjadi
salah satu barang favorit selain alat-alat musik saya. Eh, tapi kan kalau alat musik
susah juga ya mau dibawa kemana-mana. Nggak mungkin juga mau dimainin ketika
lagi di tengah jalan naik kereta atau di atas gunung. Hehehe
Cukup banyak kawan-kawan saya yang sering bertanya
tentang kamera apa yang saya gunakan saat traveling. Maka dari itu saya jadi
kepikiran untuk menulis artikel ini, itung-itung berbagi pengalaman pribadi. Sebenarnya
semua jenis kamera bisa kok dipakai untuk traveling, nah masalahnya adalah
perihal selera masing-masing. Saya pribadi lebih senang dengan kamera yang relatif
kecil dan simpel. Kebayang kan waktu traveling, sudah tas berat bener ditambah
harus nyiapin slot khusus untuk kamera yang ukurannya besar. Kalau isi di tas
sedikit sih tidak ada masalah, kalau penuh baru kerasa tuh. Buat naik gunung
lagi. Haduuuu
Perlu saya tekankan di awal. Saya bukanlah seorang
expert dalam fotografi, saya hanya senang untuk untuk mengabadikan momen
menggunakan kamera dan kebetulan cukup peduli dengan kualitas gambar yang
dihasilkan. Hehehe
Sebelum pakai Fujifilm, saya adalah pengguna Nikon
D3100. Tapi, terus terang saja saya kurang puas dengan hasilnya. Mungkin karena
Nikon saya adalah kamera entry level, jadi memang tujuannya untuk yang sedang
ingin memulai motret. Seiring berjalannya waktu, skill dan pengalaman harus
terus diasah dan kebutuhan kita dengan alat pun dirasa semakin meningkat. Saya bingung
nih, mau upgrade ke kamera semi pro Nikon−dengan pertimbangan lensa-lensa
saya yang hanya cocok untuk Nikon tapi ukuran jadi semakin gede dan beraaat−atau ganti brand kamera tapi berarti harus investasi ke lensa lain juga.
Sebelum memutuskan, saya harus riset terlebih
dahulu. Kebetulan sekali ketika berada di Nusa Tenggara Timur, kawan-kawan saya
membawa sejumlah kamera dengan brand berbeda. Nikon milik saya, Canon dan Sony.
Saya melirik ke Sony A6000 kalau pilihannya hanya itu saja. Tapiii setelah saya
pinjam dan gunakan untuk motret terus terang saja tidak cocok dengan selera
saya. Entah mengapa warnanya menurut saya terlalu kekuningan dan hal ini diperkuat
dengan blind test yang saya lihat di
Youtube, padahal auto focus kamera
ini cepetnya khan maeen. LOL
Saya pun teringat pada Fujifilm X-M1 milik kawan
ketika mendaki Gunung Andong beberapa waktu lalu. Dan saya nggak bisa bohong
kalau selera saya memang lebih cocok ke Fujifilm dibanding Sony. Eh iya, kita
bicara kamera dengan sensor APS-C yaa supaya bisa apple to apple. Setelah mantap dengan Fuji, saya pun mencari tahu
tipe apa yang cocok dengan kebutuhan dan pastinya budget hehehe. Akhirnya jatuhlah pilihan saya pada *drum roll* Fujifilm
X-T1 yeay.
Sebenarnya saya hampir memilih Fujifilm X-T10,
tetapi saya rasa bodinya kalah kokoh dan gripnya terlalu kecil, nggak enak
untuk tangan saya. Yaaa walaupun lebih murah sih, tapi tidak apa-apa. Oh ya,
kedua kamera tersebut sudah tidak keluar versi baru jadi yang beredar di
pasaran itu adalah secondhand.
Kesan pertama saya pada Fujifilm X-T1 adalah bodinya
kokoh, feel-nya metal karena
berbahan magnesium alloy dan Electronic
View Finder (EVF) yang lebar banget. Saya lebih senang dengan kamera yang
memiliki EVF, jadi tipe X-A atau X-M dari Fujifilm nggak terlalu cocok dengan
saya. Untuk zaman sekarang sepertinya sensor dengan ukuran 16MP sudah cukup
ketinggalan, tapi hal tersebut bukanlah masalah besar bagi saya untuk sekarang
ini, Mengingat kebutuhan saya hanya untuk foto di media sosial, bukan untuk
mencetak baliho yang guedee banget. Masih aman laahh.
Dial-dial di atas bodi sangat membantu saya untuk
mengubah pengaturan dengan cepat tanpa perlu masuk terlebih dahulu ke dalam
menu. Untuk kalian yang terbiasa mengubah pengaturan full di dalam menu pasti akan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan
diri, terjadi pula dengan saya tapi lama-lama terbiasa kok. Satu hal yang
membuat kaget saat transisi dari DSLR ke mirrorless
adalah baterainya yang buoross. Relatif sih, bergantung penggunaan. Tapi, bagi
saya yang seneng motret seharian ketika mendaki dan traveling tanpa khawatir
baterai cepat habis dengan DSLR jadi terasa sekali ketika menggunakan
mirrorless.
Fujifilm memiliki sensornya sendiri yang disebut
X-Trans, hasilnya pun lebih tajam dari sensor kamera yang setingkat pada
umumnya. Film simulation−nah ini nih yang jadi favorit saya bangeeet−Fuji
memiliki berbagai tipe film simulation, kalau di kamera lain biasa dibilang
picture profile, picture style dll. Diantara beberapa film simulation tersebut, Classic Chrome menjadi favorit saya. Warnanya cenderung desatured dan cocok banget buat street dan travel photography. Fitur tersebut yang membuat hasil warna dari foto kita
menjadi khas banget, Fuji banget pokoknya. Rasanya seperti menggunakan kamera film jadul. Secara istilah kasar, kalau kita lagi malas edit,
bisa langsung upload saja ke media sosial. Warnanya ciamik bener.
Satu lagi yang paling terasa berbeda dari kamera
saya sebelumnya adalah fitur Wi-Fi, ini menolong banget nget pokoknya. Ketika traveling
dan jika kebetulan tidak bawa laptop bisa langsung saja transfer ke smartphone, lagipula zaman sekarang editing
bisa dengan mudah dilakukan di smartphone,
kan?
Terakhir, alasan saya membeli kamera ini dan menurut saya sangat cocok untuk traveling adalah Fujifilm X-T1 memiliki fitur weather resistant, itu berarti kita
nggak perlu khawatir dengan cuaca ekstrim. Kalau saya lihat di berbagai review, kamera ini mampu diajak “tempur”
sampai suhu -10, goks, kan? Asaall, dipasangkan dengan lensa milik Fuji yang weather resist juga. Menarik, kan?
Berikut adalah hasil gambar yang saya potret
menggunakan Fujifilm X-T1 dan lensa Meike 35mm F/1.7 tanpa melakukan proses
editing sebelumnya (film simulation only).
source fujifilm.com |
Dari segi video kamera ini hanya mampu merekam
hingga resolusi 1080p dalam 60fps. Untuk sebagian orang mungkin hal ini cukup
mengganggu, tetapi saya pribadi tidak terlalu. Saya sadar karena laptop saya masih
belum mampu meng-edit footage 4K dengan smooth, yaa jadi bukan masalah untuk
saya sekarang ini. Lebih baik saya fokus pada pengambilan gambarnya saja. Hehehe
Berikut contoh video yang saya rekam menggunakan
Fujifilm X-T1 secara handheld.
“Mas, kenapa nggak alih perhatian ke fullframe Sony
aja?” terus terang saya kepikiran untuk beralih ke fullframe. Tapi, lagi-lagi
budget saya nggak bisa berbicara banyak. Saya masih belum siap untuk
menggunakan ekosistem fullframe yang harga lensanya muahal-muahaall. Lagipula,
kita tidak bisa memaksakan kehendak jika kemampuan tidak merestui. (Sok iye lu hahaha)
Jadi, layak nggak sih Fujifilm X-T1 ini digunakan untuk
traveling di tahun 2020? Jawaban saya: masih layak banget! Apalagi sekarang
harganya sudah cenderung murah dan kita dapat fitur yang memuaskan. Sisanya tinggal memaksimalkan pemilihan lensanya. Ya walaupun
teknologinya sudah cukup tertinggal. Hal ini tentunya bergantung pada selera dan kebutuhan masing-masing. Saya yakin, setiap kamera itu memiliki
kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Dan Fujifilm X-T1 menjawab hampir
semua kebutuhan saya untuk sekarang ini.
Karena kamera terbaik adalah kamera yang mampu kita
beli dan kita miliki. Dan tentunya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!
Salam hangat,
Angga Tannaya
Aku biasanya pake Canon dan serkarang lagi cobain Fuji. Tapi karena lagi di rumah aja, jadi belom bisa explore buat foto-foto traveling deh :")
ReplyDeletePakai Fuji candu banget, Mbak! Harus eksplor fiturnya supaya hasil jadi lebih menarik. Pertama pakai Fuji saya senang sama warnanya yang khas.
DeleteSaya juga hanya bisa motret area rumah saja. Yang penting membiasakan diri sama kamera supaya besok saat traveling enggak perlu pusing mikir setting. Hahaha