Ketika Silancur Highland Ramai Bukan Main!
Monday, June 22, 2020
Add Comment
Saya memang selalu enggak betah buat terlalu lama berada di
dalam rumah. Selalu muncul keinginan untuk sekadar “mencari angin”, entah itu
hanya muter-muter kota waktu pagi, atau sekalian cari sebuah tempat privat yang
menarik untuk motret lanskap. Beberapa waktu belakangan ini nama Silancur
Highland tampaknya cukup menarik perhatian anak-anak muda di sekitar
Kota/Kabupaten Magelang. Ya bagaimana tidak, tempat ini menyediakan panorama
luar biasa untuk melihat matahari terbit di ketinggian lebih dari 1000 MPDL.
Terkadang saya pun cukup kepincut untuk sesekali main ke
sana, tapi saya yakin betul pasti bakalan ramai sekali. Apalagi Silancur ini
baru saja dibuka setelah beberapa waktu sempat ditutup. Untuk seseorang yang
senang sekali dengan lanskap pegunungan, tentu sebuah keramaian merupakan hal
yang ingin dihindari. Ditambah lagi misi saya untuk memotret lanskap ciamik,
alamak angkat tangan saya, enggak sanggup jika harus edit di Photoshop kalau
seluruh frame dipenuhi manusia. Hahaha
Saya iseng-iseng ajak kawan saya Bagas untuk keluar setelah
subuh untuk mencari spot matahari terbit yang menarik. Karena rasa penasaran,
saya iseng ajak Bagas untuk pergi menuju daerah Kaliangkrik. Kecamatan ini
memang terkenal dengan suhunya yang dingin dan lanskapnya yang jos gandos
karena berada di lereng Gunung Sumbing. Saya terus terang bingung akan menuju
ke mana, tapi coba saja dulu melewati Silancur. Misalkan ternyata sepi, kita
mampir; kalau tidak, ya lanjut cari spot
lebih ke atas.
Berangkat dari rumah di Kota Magelang pukul 5 lebih sedikit.
Saya awalnya cukup pesimis karena pagi itu kabut turun sampai pusat kota,
bagaimana nanti kalau di atas ya. Sambil memantapkan hati, saya tetap lanjutkan
perjalanan saja. Dan setelah melewati Kali Progo alias perbatasan kota dan
kabupaten, kabut tiba-tiba menghilang. Gunung Sumbing tampak berdiri gagah di
kejauhan tanpa dihalangi kabut sedikipun. Loh, eh! Kok bisa drastis begini ya.
Bahkan kabut juga bisa pilih kasih. Saya dan Bagas hanya bisa ketawa-ketiwi
senang saja. Hahaha
Melewati jalanan gelap nan sepi, akhirnya kami dihadapkan
dengan sebuah pertigaan. Ambil saja arah yang lurus untuk bisa sampai di
lokasi, jangan ambil arah kiri pokoknya. Atau kalian bisa dengan mudah cari
saja Silancur Highland di aplikasi maps, bisa langsung ketemu kok. Jalanan
mulai mengecil, pertanda kami mulai masuk area perkampungan. Untung saja
jalannya sudah sangat halus sampai di atas, jadi enggak perlu khawatir dengan
lubang di jalan. Tetapi tetap harus hati-hati karena jalan langsung berbatasan
dengan jurang menganga.
Saat perjalanan saya cukup optimis kalau Silancur bakalan sepi,
karena saya tidak bertemu anak muda yang lalu-lalang di sepanjang jalan menuju
lokasi. Meskipun saya tidak berekspektasi tinggi karena kemungkinan ramai itu
pasti ada. Tapi, setelah sampai di lokasi saya langsung shocked! Badalah, rame beneeerr! Gile, padahal dulu saya sering
lewat daerah ini dan belum rame-rame amat. Ini sih sudah overload. Bahkan, saya dengar dari Bagas kalau ternyata akses masuk
menuju lokasi dibatasi, jadi harus bergantian. Lah, padahal jam sudah
menunjukkan pukul 6, dan matahari lagi cantik-cantiknya. Akhirnya Bagas pun
mengajak saya untuk mencari spot lain, dan dijamin pasti sepi.
Spot yang Bagas
maksud tidak terlalu jauh dari Silancur, hanya naik sedikit lagi. Bagas bilang
kalau beberapa waktu lalu dia sempat blusukan sampai nemu spot yang menarik. Dan benar saja, benar-benar kontras dengan
Silancur. Mungkin memang karena tempat ini hanya sebuah kebun tembakau dan
bawang milik warga sekitar, jadi orang-orang di bawah itu tidak bakal kepikiran
akan blusukan seperti kami. Tapi, tetap harus bayar untuk parkir. Namun, sayang
sekali matahari sudah mulai meninggi dan kami tidak kebagian momen golden hour. Sayang sekali, tapi tidak
apa-apa, sisanya tinggal memanfaatkan momen yang ada untuk menciptakan foto
yang tetap ciamik!
Saya pribadi tidak kecewa sama sekali sih karena tidak bisa
masuk ke Silancur, karena dari awal memang tidak terlalu berekspektasi tinggi
dengan tempat ini. Saya sudah yakin betul bakalan ramai, dan ternyata malah
lebih ramai, jauh dari ekspektasi saya! Hahaha. Tapi, saya tetap bersyukur bisa
menemukan spot ini walaupun sudah ketinggalan golden hour. Jadi misalkan besok ingin berburu matahari terbit,
langsung saja gaspol tidak perlu mampir-mampir segala, apalagi mampir Silancur.
LOL
Kalau kalian sendiri bagaimana ketika menyikapi ramainya tempat wisata di daerah kalian? Saya pribadi terus terang selalu mendambakan tempat wisata yang tidak terlalu ramai. Tapi tentu saja pihak pengelola pariwisata tidak mau dong wisatanya sepi dari pengunjung. Kalau tips saya sih mending cari waktu terbaik, misalkan memang pukul 7 sudah ramai, cobalah datang lebih awal lagi. Kalau masih ramai juga, pindah tempat saja. Tapi, pastikan sudah melakukan riset terlebih dahulu, karena sayang saja kalau buang-buang waktu. Apalagi jika tujuannya adalah motret matahari terbit.
Jangan sampai niat awalmu liburan itu untuk menyegarkan pikiran, eh malah jadi tambah stres karena melihat pengunjungnya yang membludak. Cape doang
Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!
Salam hangat,
Angga Tannaya
0 Response to "Ketika Silancur Highland Ramai Bukan Main!"
Post a Comment